Linux Lebih dari Cukup untuk Kebutuhan Komputer Pribadi

Saya menggunakan linux untuk pertama kali pada akhir tahun 2009, dengan distro Ubuntu Karmic Koala yang baru saja rilis. Sebenarnya tidak ada unsur paksaan ketika saya memutuskan untuk menggunakan linux, karena saat itu saya merupakan fanboy dari software Blender. Dari beberapa testimoni teman-teman komunitas Blender Indonesia, Linux merupakan pilihan sistem operasi terbaik untuk pengguna Blender, karena lebih stabil dibanding sistem operasi yang lain. Dari situlah saya memutuskan untuk menggunakan Ubuntu Karmic Koala.
Saat memutuskan beralih ke sistem operasi ini saya masih duduk di bangku kelas 3 SMK jurusan Multimedia. Sebuah bidang yang belum mendapat dukungan baik dari Linux karena lisensi propietary dari berbagai macam komponen yang digunakan. Blender merupakan salah satu alasan saya beralih ke Linux, pada saat itu saya masih bisa dikategorikan sebagai fanboy dari Blender. Dari berbagai macam testimoni di Forum Blender Indonesia, Ubuntu (sebagai salah satu distro berbasis Linux) memiliki dukungan yang cukup baik untuk software tersebut, mulai dari kecepatan render hingga stabilitas software.

Editing Video dengan Software Alpha Version

Uji kompetensi merupakan salah satu ujian tingkat akhir keterampilan SMK sesuai dengan bidang / jurusan yang diambil. Membuat video company profile merupakan tema uji kompetensi yang diujikan. Saat itu saya membuat sebuah company profile Blender Indonesia. Proses perekaman saya menggunakan kamera DSLR pinjaman, untuk proses penyuntingan saya menggunakan software Blender 2.5 Alpha 0. Sebuah software yang masih dalam proses perkembangan. Saat itu terdapat sebuah bug yang cukup serius berkaitan dengan editing video dengan Blender, yaitu apabila melakukan proses undo maka software akan menutup. Untuk mengatasi hal tersebut saya harus sering menyimpan proses editing. Berikut hasil editing saya beberapa tahun yang lalu

Bekerja dengan Linux

Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat SMK, saya bekerja pada sebuah studio animasi berbasis open source di Jogjakarta yang bernama Open Studio Society. Ubuntu dan berbagai macam software open source di dalamnya tetap menjadi pilihan untuk menyelesaikan berbagai macam pekerjaan. Seperti untuk menulis buku, tutorial, pengerjaan proyek. Semua bisa diselesaikan dengan sistem operasi berbasis linux dan software open source. Bahkan tidak jarang saya menuliskan permasalahan dan solusi yang saya alami ketika menggunakan beberapa software di Linux. Beberapa bahkan saya rangkum dalam bentuk ebook tutorial, seperti Jurus Scribus, The Making of Piandu dan mBlender Video. Kebetultan untuk Jurus Scribus, tahun lalu mendapat penghargaan dalam IOSA untuk kategori Ebook Mahasiswa Terbaik. Sayangnya, sepertinya IOSA tidak ada lagi tahun ini.

Linux di Dunia Pendidikan

Setelah bertualang selama setahun di Open Studio Society, saya kembali mengenyam dunia pendidikan formal di salah satu Politeknik Negeri di Surabaya jurusan Multimedia. Meski sempat tersandung untuk masalah software yang saya gunakan, namun masalah tersebut bisa teratasi dengan baik. Ketika ada sebuah tugas yang mengharuskan penggunaan software tertentu, saya sedikit ‘nakal‘, yaitu dengan menggunakan software sejenis yang diinstruksikan oleh dosen pengampu. Studi kasus adalah pembuatan gambar vektor, ketika teman-teman menggunakan software corel draw, saya menggunakan software inkscape. Hasilnya sama saja bukan? Itu tidak dijadikan permasalahan oleh dosen. Yang penting outputnya sama saja. Toh semua software pengolah gambar vektor secara konsep sama bukan, hanya merk perangkatnya saja.
Begitu pula dengan penulisan tugas akhir yang baru saja saya selesaikan. Ketika template penulisan tersedia dalam format propietary, saya menggunakan libreoffice dan menuruti panduan yang sudah ada. Hasilnya sama saja. Dengan adanya template mungkin bisa lebih cepat, namun dengan membuat template sendiri sesuai dengan aturan yang ada juga tidak masalah bukan? Memang kalau dipikir sedikit lebih ribet dari yang sudah dikerjakan oleh teman-teman, tetapi itu bukan jadi masalah, dengan begitu kita bisa memahami konsep dari sebuah perangkat.

Linux Lebih dari Cukup

Gratis merupakan salah satu alasan saya menggunakan Linux, semakin lama saya pun sadar bahwa Linux sudah lebih dari cukup bagi saya. Karena Linux sudah bisa memenuhi berbagai macam kebutuhan utama saya dalam menggunakan komputer pribadi, entah itu untuk pembuatan konten multimedia hingga menikmatinya. Meski sempat terkendala dengan beberapa macam hal yang sifatnya sementara, namun ada banyak solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Dukungan komunitas yang juga sudah tersedia di berbagai macam komunitas pengguna linux maupun software open source.
Selama lima tahun menggunakan Linux, saya tidak menyesal sama sekali. Bahkan di bidang yang sebenarnya Linux kurang begitu mumpuni sebenarnya bisa dimaksimalkan lagi. Saya pernah melakukan instalasi komputer di rumah menggunakan Ubuntu. Selama dua bulan saya biarkan adik saya menggunakan Ubuntu di komputer, dan hasilnya setelah itu dia sudah tidak mau menggunakan Windows dikarenakan tampilannya memang benar-benar membaut mata tidak nyaman.
Mungkin kamu punya cerita tentang Linux yang selama ini kamu gunakan?

2 thoughts on “Linux Lebih dari Cukup untuk Kebutuhan Komputer Pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *