Pada tahun 2010. Dunia dihebohkan dengan virus yang bernama conficker. Penulis yang sehari-harinya bekerja sebagai pengajar di sma swasta Makassar, benar-benar dibuat kelimpungan dan pusing. Virus ini benar-benar buat kacau lalu lintas transfer data baik internet dan intranet. Pada saat itu tempat mengajar penulis memakai server windows 2000 untuk server penyimpanan datanya tugas-tugas siswa-siswi. Dengan memakai prinsip domain, sedangkan clientnya memakai windows xp. Berkat conficker yang selalu membuat domain yang dibangun di windows 2000 selalu down dan tak terbaca di client windows xp, maka hal ini benar-benar membuat frustasi penulis apalagi proses belajar mengajar siswa tetap harus jalan.
Akhirnya penulis duduk dan merenung sambil berdoa pada TUHAN apa yang harus ku lakukan. Ndak lama ada dorongan di hati penulis untuk mencoba mengganti server windows 2000 dengan server linux dengan distro Ubuntu, dikarenakan karena menurut kabar Linux itu kebal terhadap virus. Dan kebetulan juga penulis memiliki cd installernya yang diberikan oleh teman pada saat mengikuti seminar Pak Onno W Purbo di Restaurant Runtono di tahun 2009 (dan memang sudah lama penulis mau menjajal ubuntu ini). Selama penulis turun gunung dari dunia kampus dan masuk dunia kerja, spirit linux tetap ada dihati penulis (Nanti penulis ^_^ akan ceritakan secara detail jejak-jejak mengenal linux di kampus tercinta). Jadi penulis selalu mencari info-info dan ikut mendaftar, jika ada seminar linux apalagi yang dibawakan oleh Pak Onno di Kota Makassar.
Jadi dengan modal nekat dengan dasar ilmu dari kampus penulis mencoba dengan berani merubah server windows 2000 dengan server linux Ubuntu, agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dengan lancar. Selama seminggu dari siang hingga malam server linux ubuntu dibangun (kalau pagi penulis tetap mengajar siswa-siswi namun hanya menggunakan buku atau infocus dan bersifat teori, jadi siswa-siswi belum bisa melakukan praktek untuk materi yang diberikan). Mulai dari install, setting sambanya sampai membuat kembali user dan password untuk siswa dan yang terakhir sampai melalukan test drive pada komputer client. Penginstallan dan setting Ubuntu dilakukan pada komputer jadul pentium 4 dengan memori 1 Giga dan harddisk 80 Giga.
Dan jerih payah selama seminggu lamanya, semuanya bisa berhasil berkat linux. Penulis berhasil membangun server data dengan menggunakan Linux dan itu untuk pertama kalinya membuat penulis benar-benar sangat terharu dan senang. Sehingga pada akhirnya proses belajar mengajar dapat kembali hidup dan berjalan walaupun sempat vakum selama seminggu lamanya. Penulis benar-benar sangat bersyukur berkat ilmu-ilmu yang penulis dapar dari kampus dan khususnya dasar-dasar ilmu linux benar-benar banyak sekali membantu penulis sehingga penulis benar-benar sangat tidak terlalu kaku dan canggung dalam memakainya
Sekarang ini dari awal tahun 2014 (komputer masih memakai i3), penulis memakai komputer yang diinstall dengan linux IGOS (Indonesia Go Open Source) merupakan turunan dari Fedora . Dimana sebelumnya penulis masih memakai windows untuk aktivitas sehari-hari dari windows XP (waktu masih awal-awal mengajar) dan beralih ke windows 7 pada pertengahan tahun 2011 (karena terjadi peremajaan komputer di laboratorium dari pentium 4 ke i3).
Cerita atau pengalaman penulis ini di tulis di libreoffce 3.5.7.2. (Penulis benar-benar baru merasakan kekuatan LibreOffice dibandingkan Microsoft Office pada saat pembuatan soal ulangan akhir semester 2 tahun lalu, dalam bentuk pilihan ganda, penulis merasakan tampilan font dan susunannya atau marginnya sangat rapi tak sama dengan font atau tampilan pada office walaupun type font dan susunan tampilannya marginnya sama. Sejak saat itu penulis benar-benar beralih ke libreoffice full untuk kegiatan mengetik sehari-hari)
Penulis memakainya dalam kegiatan sehari-hari baik untuk kerja tugas, buat perangkat pembelajaran, buat materi mengajar, konek internet, rekap nilai, dan lain-lain. Semuanya dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan dan lebih membuat siswa-siswi menjadi lebih tertarik dan lebih berani untuk beralih ke Dunia Linux. Sebenarnya penulis awalnya hanya memakai linux untuk iseng-iseng dan coba mencoba tapi sekarang tidak lagi semuanya full linux untuk kegiatan sehari-hariku walaupun untuk kegiatan ngajar ke siswa masih memakai windows.
Berkat IGOS juga ini maka penulis berhasil membangun server data untuk foto kegiatan-kegiatan sekolah. Jadi guru-guru atau siswa-siswa yang mau melihat foto-fotonya tidak perlu lagi mengcopy foto-fotonya lewat flash disk, tapi tinggal nyalakan komputer dan foto-foto tersebut dapat diliat ramai-ramai dan dapat pula mereka memilih-milih foto-foto yang mana mereka mau simpan.
Sekali lagi linux selalu menolong saya dalam aktivitas kerjaku. Tapi ada satu hal yang penulis mau bertanya kepada linux, apakah linux dapat membantuku dalam membangun usaha penulis secara mandiri (wirausaha)???.
karena jujur penulis juga mau dan kepingin seperti teman-teman yang dapat hidup dan berwiraswasta secara mandiri dan sukses dengan ilmu linux yang mereka miliki, seperti menjadi SysADmin Linux atau menjadi pakar IT atau menjadi konsultan Linux ataukah memiliki usaha warnet linux dan kursus linux
Ya Tuhan kapan itu bisa terwujud. Semoga Dapat Segera terwujud AMIN
*Header Illustration Licensed Under CC Public Domain by Pixabay.com
Ketika kebanyakan orang beralasan compability dengan ms office adalah masalah besar anda berani full pake libre office. GOOD JOB.
kalau warnet linux, jarang ada nih,,, apalagi game center OS nya Linux,,
tapi saya ada angan2 sih pengen buat begitu
😀
bagi saya kekurangan linux itu cuman susah nyari drivernya, apa lagi driver printer. linux juga gak cocok buat para gamers karna sangat sedikit game yang mensupport linux. udah gitu doang 😀
Dulu saya bersekolah di sman 3 makassar dan sempat diajar linux oleh guru matpel TIK saya dulu 😀
itu semua karena dukungan vendor hardware yang menyediakan driver dan developer game yang mensupport linux masih kurang. jadi yang kurang itu bukan linuxnya, tapi pendukungnya.
@Arif Makarim: Susah nyari driver printer ya. Masa’ sih…?
Saya enak-enak aja tuh… hehehehe…
Kalo untuk game, saya akui Linux emang susah dan gak bisa diajak kompromi. Tapi, baru-baru ini, di Linux yang user-friendliness-nya tinggi, itu udah ada kok game yang support ama Linux-nya. Salah satu contoh yang pernah saya baca di omgubuntu.co.uk, di sana ada artikel yang membahas tentang penggunaan steam di Ubuntu untuk mainin Counter Strike: Global Offensive. Saya pribadi sih belum coba, karena spek yang gak mencukupi.