Nama saya Wahyu Setiawan. Saya lahir di Banjarnegara dan rumah aslinya di kecamatan punggelan, di mana modem smartfren saya gak dapet sinyal dan 3 aon saya cuma dapat jaringan EDGE.
Apa itu kesuksesan? menurut saya sendiri yang namanya sukses adalah keberhasilan mendapatkan apa yang dimau atau dituju.
Saya bukan aktifis FOSS yang sukses mengcovert user awam menjadi pengguna linux, saya juga bukan pendidik yang berkontribusi menanamkan open mind pada generasi yang lebih muda. Lalu saya juga pengguna expert yang bisa membantu banyak user yang terkena masalah.
Saya hanya seorang mahasiswa jurusan IT yang secara tidak nyambung bekerja di bagian administrasi keuangan di sebuah perusahaan kontraktor telekomunikasi kecil.
Mungkin bagi sebagain pembaca apa yang saya akan ceritakan ini tidak bisa disebut sebagai pencapaian yang WOW. Tapi menurut saya, pertemuanku dengannya adalah hal yang sudah membuka mata dan cara berpikir saya.
Si cinta pertama saya. Namanya Julia.
Bagi pengguna linux lawas pasti tahu kalau Julia itu bukan nama seorang gadis cantik, tapi bagi yang mungkin baru dengar saya akan kasih tahu kalau Julia itu adalah code name dari linux mint 10.
Ketika SMP, komputer di lab sekolah hanyalah 20 unit. Dan untuk bisa memakainya seluruh kelas harus bergantian dengan batas waktu sekitar 15 menit per anak.
Mungkin karena saking terpencilnya, di sekolah itu tidak ada yang pernah punya pengalaman menggunakan komputer dan ketika mereka diharuskan untuk memakai komputer pertama kalinya. Sesuai yang diduga, banyak yang mengajukan berbagai macam pertanyaan.
Dan meski saya tidak banyak tanya lalu memutuskan untuk eksplorasi sendiri, tapi saya juga termasuk dalam kategori anak yang kebingunan setelah sesi login selesai.
Sistem operasi yang kami gunakan adalah Windows XP pro. Sistem operasi legendaris yang dipertahankan lebih dari 12 tahun.
Saya yang waktu itu sama sekali belum punya basic komputer, tapi meski begitu ketika saya dihadapkan dengan XP saya langsung punya impresi kalau apa yang ada di hadapan saya itu berantakan.
Shortcut di mana-mana, File manager di sembunyiin di balik klik kanan dari start menu, aplikasi yang tidak dikategorikan, dan sistem yang responya slow. Jika harus dijelaskan dengan satu kalimat, pengalaman memakai komputer pertama saya hanya bisa dituangkan dalam kalimat.
“Ngajak ribut loe!!!???”
Jadi jika ada post di internet yang bilang kalau Windows banyak dipake karena dia itu user friendly jangan percaya. Yang bilang begitu kemungkinan besar belum pernah pake Sistem lain atau mereka sudah jadi user yang machine friendly. Atau dalam kasus ini.
Windows Friendly.
Ini hanya menurut saya saja jadi jika ada yang tidak setuju wajar sebab ini hanya personal opinion.
User friendly = mesin mengakomodasi / membantu / memudahkan user menyelesaikan apa yang dia ingin kerjakan.
Dan dalam kasus saya di SMP, bukan mesin mengakomodasi keinginan user tapi user yang harus mengakomodasi apa yang sedang mesin kerjakan dan cara dia bekerja.
Setelah beberapa tahun akhirnya saya lulus SMP dengan nilai 38.0, beda 0.5 dari rengking satunya. Dan gara-gara hal itu saya dapat rekomendasi masuk ke SMK yang katanya favorit di daerah saya. Lalu dengan gelar runner up yang saya bawa tes masukpun bisa saya skip dan saya bisa langsung menuju ke tes selanjutnya yaitu tes mata untuk melihat apakah saya ini buta warna atau nggak.
Jika ada yang bilang kalau masa SM(A/K/U) adalah masa paling indah, saya akan langung angkat tangan dan bilang setuju. Lebih spesifiknya lagi, masa paling indah itu adalah minggu-minggu awal kelas satu setelah orientasi.
Pada dasarnya, selama seminggu penuh saya cuma ke sekolah buat main.
Di masa-masa itulah jantung saya rasanya jadi deg-degan untuk kedua kalinya. Kecuali temen waktu SD saya yang super imut bernama Rini, sampai saat itu tidak ada yang bisa membuat jantung saya rasanya seperti sedang diremas.
Di antara deretan windows XP yang bersarang di komputer perpustakaan, saya melihat sebuah komputer dengan isi layarnya bertemakan ijo-ijo (sebab wallpapernya daun pisang) dan kelihatan segar. Yang sama sekali tidak disentuh oleh siapapun kecuali petugas perpustakaan yang untuk suatu alasan bolak-balik ke sana.
Saya tanya pada petugasnya apakah komputer itu bisa dipakai atau tidak, lalu dengan mengangkat jempolnya dia mengisyaratkan saya untuk GO.
Kalau tidak salah Julia menggunakan gnome 2 yang di custom oleh developernya mint. Dan itupun masih dicustom lagi oleh si petugas perpustakaan dengan ditambahkan cairo serta berbagai macam efek compiz.
Impresi pertama saya pada Linux mint 10 adalah.
1.Bersih.
2.Menarik.
3.Mudah.
4.Cepaaaaaaaattt!!!!.
Dan setelah pertemuan pertama saya itu saya jadi sering ke sana dan semakin banyak melakukan eksplorasi.
1.Kebersihan.
Tidak ada shortcut yang merajalela, aplikasi terusun dalam kategori dan gampang ketemu, lalu jika males ngeklik tinggal tulis aja “fir”, “off”, “mov”, “mus”, “fil”. Saya bahkan cuma perlu nulis tiga huruf buat nemu firefox, open office, movie player, dan music player.
Kebersihan itu penting. Kebersihan itu sebagian dari iman, dan kebersihan juga pangkal kesehatan. Bagi saya yang hanya tahu windows XP yang gak ada searchnya serta windows 7(punya temen) yang searchnya kelamaan, linux mint adalah sistem paling user friendly yang pernah saya pake.
2.Menarik.
Secara default XP membawa beberapa tema bersamanya serta windows 7 juga punya banyak tema. Lalu di luar sana juga ada banyak 3rd party apps yang bisa buat tampilan kedua sistem itu jadi semakin menarik dengan kompensasi sistem jadi sedikit lebih slow.
Tapi dengan satu distribusi itu. Saya bisa berbuat lebih dari sekedar ganti tema atau skema warna. Saya bisa bikin window dari sebuah aplikasi jadi bertingkah seperti agar-agar, bisa dibakar kalau ditutup windowsnya, dan bisa menyusun bata saat membuka aplikasi, dan yang terakhir saya juga bisa memanggil in dari dalam lampu tanpa menggosok apapun.
*Compiz effect : wobbly window, flame, brick, magic lamp (kalau namanya salah mohon maklumi sebab sekarang saya lama pake KDE)
Semua yang bisa saya lihat bisa saya ubah (dengan bantuan si petugas tentunya).
3.Mudah.
Aplikasi sejangkauan jari. Jarang ada aplikasi yang tersembunyi di balik icon, sub menu, dan klik kanan. Jaringan, user, sound, dan sistem bisa diakses dengan beberapa klik. Tidak perlu berpetualang ke control panel dan dan masuk ke menu ini dan menu itu.
Tidak bertele-tele dan kebanyakan aturan/protokol adalah apa yang saya sebut mudah.
4.Cepat.
Faster. Fast. Stay Fast.
Fragmentasi, Junks file, registery berantakan, booting lama, shut down lama. Good bye.
Mulai saat itu saya jadi berkeinginan agar semua orang bisa menikmati segala kebaikan yang sudah pernah saya cicipi itu. Saya ingin berbagi dan membantu, bahkan sebelum saya tahu apa itu open source tanpa sadar saya sudah mempraktekannya.
Langkah pertama saya untuk berkontribusi dalam membantu orang lain mengenalkan linux adalah kegiatan saya membantu petugas perpus untuk memigrasikan delapan komputernya ke linux mint baru. Linux mint 11, katya.
Berhubung technical skill saya waktu itu masih sangat terbatas yang bisa saya kontribusikan hanyalah waktu yang saya alokasikan untuk instalasi, sedangkan konfigurasi cms untuk peminjaman, setting/sharing printer dan masalah lain masih dipegang oleh si petugas perpustakaan.
Untuk sekarang perpustakaan menggunakan linux mint 13 versi cinnamon.
Ketika saya pertama kali masuk ke SMK saya sama sekali tidak tahu haru melakukan apa, dan bahkan saya tidak tahu apa yang saya mau lakukan. Saya hanya berangkat untuk memenuhi tanggung jawab saya dan mengikuti pelajaran agar saya bisa mendapatkan nilai minimum.
Tapi setelah saya berinteraksi dengan Julia, Katya, Lisa, Maya. Saya jadi tahu kalau ada dunia di luar kotak, ada dunia yang lebih besar dan luas di bawah awan.
Sekarang saya tahu tujuan saya, saya tahu apa yang ingin saya lakukan. Dan hal itu adalah.
Mengumpulkan pengetahuan tentang open source, membagikannya pada semua yang mau dan butuh.
Dengan begitu saya bisa ikut berkontribusi pada proyek open source meski saya bukan seorang coder. Saya ingin orang punya pikiran yang terbuka dan saya juga ingin orang punya pilihan dan tidak dipaksa untuk mengikuti arus.
Dunia berjalan di atas produk opensource yang dikembangkan oleh orang-orang yang tidak meminta balas jasa, dunia bisa semaju sekarang juga bukan hanya karena inovasi yang di invent oleh apple maupun microsoft tapi oleh free open source software community.
Saya akan menanamkan saham saya di sana.
Sebab.
Free Open Source Software is the Future of Computing.
Terima kasih.
*side note : kemarin saya sudah mengadakan workshop pengenalan linux yang lumayan banyak peminatnya, dan saya berniat untuk mengadakan workshop lagi untuk membantu para graphic designer sedikit melangkah menjauh dari corel dan adobe. Jadi jika ada yang punya skill GIMP, Krita, dan Inkscape dan syukur-syukur scribus silahkan kontak saya.
Coba akang kasih juga skrinsot Julia. Dan penting untuk membuat subjudul-subjudul dalam tulisan. pakai saja heading yang tersedia di TinyMCE. Itu akan meningkatkan keterbacaannya.
Terima kasih untuk workshop itu, Kang.
Mantap, Saya suka tulisan ini. Mengingatkan saya juga pada Julia dengan nuansa hijaunya. Saya selalu pakai Linux Mint sejak Julia sampai Qiena. Linux Mint adalah jawaban yang saya inginkan dari Linux.
Terima kasih tulisan Anda sangat bagus.