Saya pertama kali menggunakan sistem operasi Linux ketika Linux sedang booming dibicarakan di kampus saya sekitar tahun 2003. Kebetulan waktu itu saya adalah mahasiswa jurusan Teknik Informatika maka mau tidak mau saya pun ikut-ikutan mendengar pembicaraan tersebut yang berkisar antara apa sih Linux itu? dan kelebihannya apa?. Dulu sistem operasi Linux tidak seperti distro-distro Linux yang sekarang ini. Kalau dulu Linux sangat identik dengan susah untuk menggunakan, dukungan driver yang minim, maka tidak dengan Linux saat ini, sekarang Linux sudah semakin mudah untuk digunakan, dukungan driver juga banyak, dan juga banyak aplikasi alternatif yang bisa digunakan sebagai alternatif sistem operasi Windows. Selain itu Linux juga hadir dengan pilihan desktopnya ada tipe KDE dan ada tipe desktop Gnome.
Sistem operasi Linux yang saya gunakan pertama kali adalah Linux Knopix jujur saya tidak tahu dari distrbusi mana Linux Knopix ini berasal. Untuk menggunakan Linux tersebut tidak perlu diinstall terlebih dahulu seperti pada sistem operasi Windows tapi kita menggunakan Linux tersebut melalui booting CD, jadi CD yang berisi Linux Knopix tersebut booting melalui CD kemudian setelah booting normal kita bisa menggunakan Knopix tersebut seperti biasa. Tampilan desktop Knopix adalah KDE maklum tidak pilihan desktop untuk Linux waktu itu . Sebenarnya saya tidak begitu tahu kelebihan Linux selain gratis, saya berfikir bahwa susah sekali menggunakan Linux terutama untuk dukungan aplikasi. Akhirnya saya tinggalkan Linux karena alasan-alasan yang saya sebutkan sebelumnya.
Setelah sekian lama saya tinggalkan Linux beberapa tahun kemudian mulai bermunculan distro-distro baru seperti Ubuntu. Saya mengetahui Ubuntu dari teman saya dia bercerita bahwa Ubuntu itu free dan bisa dipesan di website resminya. CD Ubuntu tersebut bisa langsung dikirim dari luar negeri ke tempat kita. Saya tertarik dengan ubuntu bukan masalah “freenya” akan tetapi Ubuntu bisa dikirim dari luar negeri ke rumah kita tanpa ada biaya apapun (kecuali biaya koneksi internet untuk shipping) itu yang membuat saya tertarik dan bangga. Saya bisa pamerkan kepada teman-teman kampus “ini lho Linux kiriman langsung dari website resminya”. Distro Ubuntu yang saya gunakan adalah versi 7.04 untuk tipe desktop. Kontent di dalamnya lumayan bagus juga seingat saya aplikasi standart yang sudah terinstall adalah open office, Gimp, editor gambar standart, remote desktop, dan beberapa aplikasi lainnya. Karena masih percobaan saya menggunakan dual boot untuk dua sistem operasi yaitu satu untuk Windows dan lainnya untuk Linux. Dari segi installasi cukup mudah sekali Linux distro manapun hanya memerlukan minimal dua partisi yaitu partisi root dan partisi Swap sedangkan untuk proses installasi lainnya tinggal di next saja. Jika bingung menggunakan bahasa Inggris untuk installasi kita juga bisa menggunakan bahasa Indonesia karena Ubuntu support bahasa Indonesia.
Lambat laun saya merasa bahwa Ubuntu lah distro persinggahan saya yang terakhir walaupun saya tidak mengabaikan distro-distro lain, saya masih tetap mencoba menggunakan distro lain sebagai perbandingan. Jika sebelumnya untuk distro Ubuntu saya menggunakan tipe desktop maka sebagai bahan pembelajaran saya mencoba untuk menggunakan tipe server. Tipe sever ini memang jauh berbeda dengan tipe desktop jika di Ubuntu desktop segala sesuatunya grafis maka tidak untuk Ubuntu tipe server, segala sesuatunya kita konfigurasi melalui terminal/CLI (Command Line Interface) tidak ada GUI sama sekali.
Berbekal editor Nano saya mulai mencoba menggunakan Linux untuk beberapa aplikasi server seperti PHP, apache, dan MySql. Proses installasinya juga mudah tinggal koneksikan dengan repositori resmi atau lokal lalu install via apt-get dan selesai. Setelah lama hanya mencoba belajar mengkonfigurasi server saya berkesempatan untuk mengimplementasikan hasil belajar saya. pada tahun 2010 saya bekerja menjadi guru TIK di suatu SMP swasta di kota Semarang, karena saya adalah guru TIK minimal terobosan pembelajaran harus saya lakukan seperti membuat e-learning. Saya membuat server untuk e-learning menggunakan Ubuntu server 10.10 dengan applikasi server side PHP, apache, dan database MySql. Mesin yang saya gunakan sangat minim sekali yaitu Intel Pentium IV 478 dengan RAM 512 Mb maklum modal untuk membuat server cuma mengambil salah satu komputer siswa di lab komputer.
Setelah selesai melakukan konfigurasi saatnya server digunakan. pada mulanya untuk satu dua siswa login server tidak ada masalah baru ketika ada sekitar tujuh siswa login dan melakukan kegiatan server langsung down saya tidak tahu penyebab pastinya tapi setelah saya analisa ternyata mesin yang saya gunakan sangatlah tidak mumpuni, bayangkan saja hanya dengan menggunakan Intel Pentium IV 478 dan RAM 512 Mb saya install ubuntu server dan software e-learning moodle. Jika saya merujuk di forum memang e-learning ini membutuhkan banyak resource karena di dalam moodle sendiri banyak fitur-fitur menarik yang bisa kita gunakan untuk pembelajaran seperti posting materi, bank soal, ujian online, melihat hasil ujian secara online, dan lain sebagainya dimana dengan fitur tersebut otomatis akan banyak menggunakan resource memori. Akhirnya server tersebut upgrade ke mesin yang lebih baik walaupun mesin yang baru ini buka tipe mesin server tapi setidaknya sudah memperbaiki keadaan sebelumnya.
Demikian sekelumit pengalaman saya menggunakan sistem operasi linux semoga yang saya sampaikan ini bisa menjadi inspirasi bagi pengguna Linux lainnya khususnya bagi pemula. Terima kasih.