Linux bukanlah sistem operasi pertama yang saya kenal. Tapi Linux adalah sistem operasi pertama yang membuat saya serius belajar komputer. Entah mengapa sejak 2004 lalu saya tertarik pada Linux padahal saat itu saya belum punya komputer bahkan hampir tidak pernah menyentuh komputer sama sekali. Masih segar dalam ingatan saya waktu membaca buku karya Mas Azkari Azikin tentang Debian Woody. Itu referensi pertama saya. Berlanjut kemudian dengan buku tentang Radhat, CoLinux, dan lainnya. Kurang lebih setahun saya membaca tentang Linux tanpa pernah mengoperasikannya sama sekali.
Akhirnya tibalah masa dimana saya memiliki komputer untuk pertama kali. Seperti yang lainnya, sistem operasi yang pertama terinstal di komputer itu bukanlah Linux. Di awal-awal saya masih menggunakannya untuk keperluan sehari-hari. Lalu saya teringat dengan Linux. Mulailah saya menggunakan Knoppix Live CD. Pengalaman baru yang berbeda. Semakin lama semakin besar ketertarikan saya pada Linux. Jujur saja, saya harus mengakui bahwa saya telah jatuh cinta pada Linux. Ada hal yang sulit diungkapkan dengan kata-kata di saat saya menggunakan Linux. Hampir setiap kali saya menggunakan Linux selalu ada hal baru yang saya temukan.
Tidak lama berselang, mulailah saya memberanikan diri untuk melakukan instalasi Linux ke hard disk. Rencananya akan membuat sistem dual boot. Saya menggunakan SuSE 9.2. Semuanya saya lakukan otodidak. Alhamdulillah, semuanya lancar hampir tanpa kendala apa pun. Waktu itu saya hanya agak bingung dengan penggunaan repositori. Namun untuk hal yang lain, semuanya berjalan mulus. Panduan yang ada pada halaman instalasi sangat jelas dan mudah dipahami. File pada komputer saya tidak ada yang hilang satu pun. Sistem dual boot bekerja baik. Jika file yang saya akan olah format filenya mesti menggunakan sistem operasi yang lebih dulu ada, maka saya akan gunakan itu. Tetapi jika dokumennya saya buat dari awal, saya akan membuatnya dengan Open Office Linux. Begitu juga untuk kebutuhan pribadi semisal game atau ngoprek, saya akan gunakan Linux. Itu adalah momen perkenalan saya dengan SuperTux dan SolarWolf.
Selain bermain game, saya juga mencicipi aplikasi Linux yang lain. Belajar menggambar dengan GIMP, administrasi sistem dengan YaST, iseng dengan Text to Speech, tidak ketinggalan juga dengan terminal untuk baris perintah. Akhirnya saya tenggelam dalam sintaks dan command. Mungkin panggilan jiwa. Ada kesenangan tersendiri saat mengetik perintah-perintah command line. “Command not found” atau “Can’t locate module” adalah kalimat-kalimat yang membuat darah berdesir. Pusing bercampur penasaran. Selalu itu yang terjadi. Dan hampir selalu rasa penasaran itu yang menang. Menjadi motivasi untuk belajar dan terus belajar tentang Linux. Saya tidak ingat sesering apa saya meng-oprek Linux di rumah sampai-sampai ketika ibunda saya melihat acara TV yang menampilkan pinguin, beliau pasti berkata, “Eh, ada Linux”. Saya belum pernah dengar bunda menyebut hewan pinguin dengan nama “pinguin”.
Saat ini, saya menjadi tenaga pengajar di sebuah SMK pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan dan di sebuah MAK pada program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak. Saya mengampu mata diklat yang berkaitan dengan Linux dan jaringan. Mengembangkan hobi dan mencari pengalaman. Dan tentu saja, tetap mengoprek Linux. Sembari memperkenalkan Linux pada siswa-siswa. Mulai dari cara membangun server, konfigurasi firewall, tidak ketinggalan juga Compiz Fusion. Tidak sia-sia, beberapa siswa tertarik untuk menggunakan Linux pada laptop mereka. Hal yang paling berkesan dari semua itu adalah siswa yang pertama kali melakukan sosialisasi Linux secara gencar justru berasal dari program keahlian Teknik Kendaraan Ringan. Demikian gencarnya hingga teman-teman guru pun ada yang beralih ke Linux. Di SMK kami telah terbentuk komunitas Linux yang terdiri dari guru dan siswa pengguna Linux. Komunitas itulah tempat kami saling berbagi pengalaman menggunakan Linux. Ke depan, kami senantiasa berusaha agar Linux dapat digunakan secara cara luas sebagaimana sistem operasi Android.
bener…. saat pertama pake linux saya juga coba2 command line di linux shg sering not found 🙂